HPK

Kisah Siswa SMK Jualan Siomay Demi Bantu Keluarga, Tak Malu Selagi Halal!

 Kisah Siswa SMK Jualan Siomay Demi Bantu Keluarga, Tak Malu Selagi Halal!

Kegigihan dan usaha yang dilakukan secara konsisten, diharapkan akan membuahkan hasil yang menguntungkan. Inilah yang dialami salah satu siswa SMK bernama Diki di Luwu Utara, Sulawesi Selatan.

Diki berjualan siomay ketika jam istirahat. Ia sama sekali tak malu untuk menjajakan makanan yang khas dengan kuah bumbu kacang tersebut kepada teman-temannya.

Sudah satu tahun Diki berjualan siomay di sekolahnya, SMKN 8 Luwu Utara. Diki menjadi sosok inspiratif karena dirinya harus rela mengalihkan waktu istirahat atau waktu bermainnya untuk berdagang demi membantu perekonomian keluarganya.

Remaja berusia 17 tahun itu mengaku siomay yang ia jual selalu laris terjual. "Saya mulai berjualan siomay sudah hampir satu tahun, saat saya masih duduk di kelas satu SMK sampai sekarang, dan alhamdulillah jualan saya selalu habis terjual," kata Diki.

Wikipedia Ok 6e29b
Sumber foto: wikipedia

Awalnya, Diki sempat malu untuk berdagang di lingkungan sekolah. Akan tetapi, saat ia melihat sang kakak percaya diri untuk berjualan siomay, ia pun mulai memberanikan diri.

Menurut Diki, dirinya berjualan di lingkungan sekolah dan juga saat pulang sekolah.

Hindari Gengsi

Rasa malu jadi kendala tersendiri ketika di awal berjualan, namun kini Diki mulai terbiasa dan percaya diri untuk tetap berjualan siomay. Diki juga merasa tidak perlu gengsi untuk berjualan di hadapan teman-temannya sendiri.

"Walaupun ada teman-teman yang terkadang bertanya, 'nda malu Diki itu jualan siomay', saya hanya menjawab selama itu halal kenapa harus malu," kata dia.

Teman-teman Diki pun mulai berlangganan siomay yang ia jajakan. Tidak hanya dari kalangan siswa, guru-guru di sekolah juga sering membeli siomay tersebut.

Pihak Sekolah Mengizinkan

Diki dikenal sebagai penjual siomay di kalangan siswa maupun guru. Meskipun berjualan di lingkungan sekolah, ia tidak mengalami kendala terkait izin menjajakan makanan itu.

Diki bersyukur dan berterima kasih kepada pihak sekolah yang telah mengizinkan dirinya berdagang siomay. Ia tidak mengganggu aktivitas belajar maupun mengajar karena berjualan hanya di saat jam istirahat saja.

Saat jam sekolah selesai, Diki pun langsung pulang dan berganti pakaian. Setelah itu, ia berkeliling untuk menjajakan siomaynya.

Hasil penjualan yang didapat oleh Diki tidak hanya mampu menutup biaya produksi, tetapi juga bisa ia pergunakan untuk menabung atau membantu perekonomian keluarga.

Kisah yang dialami Diki ini mungkin dapat menginspirasi kamu ya, geng. Mungkin kamu bisa memulai bisnis kecil-kecilan saat ini, mencari pelanggan, mengembangkan produk hingga akhirnya usaha kamu bisa semakin maju dan berkembang.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel